MAKALAH
Kepemimpinan dan Teamwork
“Pengembangan dan
Coaching Tim”
Dosen Pengampuh
Azrul Azhari Muin, S.Kom., M.Kom.
DISUSUN OLEH
:
MUHAMMAD SYUKRAN. A (60900114026)
EMMY YUNIAR AMIR (60900114082)
SISTEM INFORMASI / C
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA
PENGANTAR...........................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB 1 :
PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB 2 :
PEMBAHASAAN................................................................................... 2
2.1 Pengertian Pengembangan..................................................................... 2
2.2 Proses Pengembangan Tim..................................................................... 2
2.3 Tahapan Siklus Pengembangan Tim........................................................ 5
2.4 Cara Mengembangkan dan Menjaga
Kepercayaan Dalam Tim................ 6
2.5 Pengertian Coaching............................................................................... 7
2.6 Proses Coaching..................................................................................... 8
2.7 Metode Coaching................................................................................... 9
2.8 Pentingnya Pemimpin Melakukan
Coaching........................................... 9
BAB 3 :
PENUTUP............................................................................................. 11
3.1
Kesimpulan............................................................................................ 11
3.2 Saran..................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesendirian apapun bentuknya cenderung menghasilkan suatu
kelemahan, ketidak mampuan, keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap
individu pasti memiliki sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun kita sering mempersoalkan
kelemahan orang lain dan terlalu sombong dengan kekuatan diri.
Sudah saatnya kita mengubah perilaku demikian. Kelompok
adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang
bergabung untuk mncapai tujuan tertentu. Yang dapat bersifat formal ataupun
informal.
Selain kelompok, dewasa ini sangat populer adalah adanya
sebuah tim. Tim jelas berbeda dengan kelompok. Katzenbach dan Smith
mendefinisikan Tim sebagai sekelompok kecil orang dengan keterampilan yang
saling melengkapi yang berkomitmen untuk maksud bersama, menghasilkan
tujuan-tujuan, dan pendekatan bersama dimana mereka mengikatkan diri dalam
kebersamaaan tanggung jawab. “Bukti menunjukkan bahwa lazimnya kinerja tim
lebih unggul daripada kinerja individu bila tugas yang harus dilakukan menuntut
keterampilan, penilaian dan pengalaman yang bervariasi (Stephen, 2006: 355)”.
Banyak perusahaan yang menggunakan tim untuk meningkatkan kinerja karyawannya.
Manajemen telah menemukan bahwa tim lebih tanggap dan responsif terhadap
masalah karena tim memiliki kemampuan untuk cepat berkumpul, menyebar, fokus,
dan membubarkan diri.
Menciptakan tim yang efektif adalah hal yang sangat sulit
untuk dilakukan. Ada beberapa komponen penting untuk menciptakan tim yang
efektif, yaitu rancangan pekerjaan, komposisi tim, sumber dan pengaruh
kontekstual lain yang membuat tim menjadi efektif, serta variabel proses yang
mencerminkan sesuatu yang terjadi dalam tim yang mempengaruhi efektivitas. Akhirnya,
tim yang efektif memiliki anggota yang setia pada tujuan bersama, tujuan khusus
tim, anggota yang percaya terhadap kemampuan tim, level konflik yang dapat
dikelola, serta tingkat kemalasan sosial yang minim.
1
BAB II
PEMBAHASAAN
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan. Atau Pengembangan merupakan
sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang
lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan
peningkatan kemampuan intelektual atau emosional untuk melakukan pekerjaan
lebih baik.
2. Proses Pengembangan Tim
Baik di dalam kelas maupun di tempat kerja, butuh waktu untuk membuat
tim bersatu. Ada proses pengembangan alami yang harus dilalui
oleh tiap tim. Tim Efektif akan melalui Tahapan Pengembangan (Development)
secara berjenjang yakni :
a) Tahap Satu : Forming / Pembentukan
Pada
tahapan ini masing-masing individu masih bertanya pada diri sendiri tentang
keterlibatannya sebagai anggota Tim. Masing-masing anggota bersikap Sopan,
Hati-hati dan Berusaha Terorganisir. Ini juga tahap untuk mengenal satu
sama lain dan untuk membentuk komitmen individu pada tugas atau proyek yang
akan dikerjakan. Situasi intinya adalah situasi yang tidak aman dan berhati-
hati, dengan menunjukkan sikap aktif dan pasif, misalnya sikap aktif terlihat
saat mencari peran dalam kelompok. Penghargaan terhadap peran ini yang
dilakukan oleh anggota lain dalam kelompok tersebut dikenali dari kehadiran
seseorang dan penerimaan terhadapnya dalam kelompok itu. Tahap ini mencakup
pengujian untuk mengetahui batasan perilaku interpersonal (antar anggota tim)
dan batasan perilaku terhadap tugas yang dihadapi.
2
b) Tahap Dua : Storming stage / Tahap
Curah Gagasan
Tahap Selanjutnya Storming Stage, di tahap ini Masalah
dan Intrik mulai bermunculan kepermukaan, bahkan dapat terjadi konflik jarak
dekat. Terjadi perdebatan walau sudah saling setuju, sehingga juga muncul
isu Siapakah Yang Pegang Kendali dan Bagaimana Kontrol dapat Terlaksana. Timbulnya
konflik ( stroming stage ) adalah satu dari kelompok intra kelompok. Para
anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan
terhadap batasan-batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap
individu. Lebih jauh lagi, terhadap konflik atas siapa yang akan mengendalikan
kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah herarki yang
relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
Setelah
tim bekerja bersama selama beberapa waktu, kelompok tersebut akan meninggalkan
tahap pembentukan dan memasuki tahap Curah Gagasan. Ini adalah tahap yang sulit
dilalui oleh kelompok tersebut, tapi penting bagi kesehatan
pengembangan tim. Tahap Curah Gagasan dicirikan oleh perilaku-perilaku berikut :
· Para anggota tim mulai menunjukkan
gaya aslinya
· Ketidak-sabaran yang terus
meningkat akan muncul ke permukaan akibat sedikitnya kemajuan yang dicapai
· Para anggota akan saling masuk
ke daerah anggota lain, dan hal ini akan mengganggu
· Akan muncul ketidak-sepakatan umum
tentang proses, tugas dan tujuan keseluruhan tim tersebut.
c) Tahap Tiga: Norming / Penormaan
Saat anggota kelompok mengetahui perbedaan-perbedaan
mereka dan telah mengatasinya, mereka maju ke tahap pembentukan
norma, merupakan hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut
menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan
identitas kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok
tersebut menjadi kelompok solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi
umum definisi yang benar atas perilaku anggota. Setelah melewati kesopanan dan
kegugupan tahap Pembentukan dan mengatasi masalah di tahap Curah Gagasan, tim
akan menginginkan pengkajian ulang tentang kemajuan dan fungsi yang mereka
kerjakan. Karena anggota tim telah belajar mengatasi perbedaan diantara mereka
dan konflik emosional sudah diredam, mereka akan punya lebih banyak waktu dan
energi untuk fokus pada tujuan mereka. Penggabungan pendapat dan masukan dari tiap
individu mulai terjadi. Akhirnya, perbedaan-perbedaan antar individu
diterima dan aturan baru untuk bekerja mulai disusun.
3
Tahap Norming / Penormaan dicirikan oleh perilaku-perilaku berikut: Aturan dasar dan prosedur formal yang kemungkinan terlewatkan di awal sekarang mulai dianggap lebih serius. Tim tersebut akan menginginkan lebih banyak pembahasan tentang hal-hal ini, waktu yang digunakan untuk memunculkan ide akan lebih sedikit, dan Lebih banyak dihabiskan untuk pengambilan keputusan Para anggota akan ingin membatasi agenda item-item yang harus difokuskan dengan topik-topik spesifik Sub kelompok mungkin dibentuk untuk maju lebih cepat, Konflik-konflik dimunculkan dan dipecahkan
d) Tahap Empat: Performing / Bekerja-Tahap
Aksi
Tahap keempat berkinerja (performing) merupakan Fase
ini memperlihatkan fungsi tim berjalan dengan baik. Jadi di sini energi
kelompok sudah bergerak dari tahap saling mengenal dan saling mengerti ke
pelaksanaan tugas-tugas yang ada. Bekerja merupakan tahap akhir dalam
pengembangan tim. Tim yang bekerja adalah tim unit yang sangat efektif dalam
memecahkan masalah, yang bisa meraih solusi dengan cepat dan bahkan bisa
mendahului memecahkan isu-isu sebelum berubah menjadi masalah.
Tahap ini hanya bisa dimulai ketika kelompok sudah
merasa dan berpikir bahwa beberapa hal bisa diprediksikan, bahwa aturan
hubungan antar anggota kelompok telah disetujui dan bahwa kelompok tersebut
tidak perlu menegosiasikan apa yang sudah dibangun.
Sebuah tim dalam tahap bekerja akan:
Sebuah tim dalam tahap bekerja akan:
· Bersikap produktif : tugas-tugas akan diselesaikan, dan tim akan mencari lebih banyak hal
untuk dilakukan
· Bersikap proaktif, dan tidak selalu menunggu arahan dari
pihak manajemen
· Menunjukkan kesetiaan pada kelompok, dan menghargai
perselisihan pribadi.
· Mendorong pelajaran dan perkembangan personal
· Peduli pada kesejahteraan dan perkembangan anggota tim
Perkembangan
melalui keempat tahap itu terjadi dengan jangka waktu yang berbeda untuk
tim yang berbeda dan bisa terjadi sangat cepat atau sangat lambat. Ada tim yang
tidak mengalami kemajuan, apalagi saat terjadi pergantian personel. Durasi
dan intensitas tahap-tahap ini bervariasi dari satu tim ke tim lainnya. Mungkin
membutuhkan waktu bulanan bagi sebuah tim untuk mencapai tahap bekerja,
sementara tim lainnya hanya butuh waktu beberapa minggu saja. Dengan mengetahui
bahwa hal ini adalah hal yang wajar untuk dilalui oleh tim, maka akan membantu
tim kita dalam memahami dan mengantisipasi proses tersebut, dan mengambil tindakan
untuk membangun hubungan kerja yang lebih produktif.
4
3. Tahapan Siklus Dalam Pengembangan Tim
a) Tahap Satu : Formasi
Fokus
utama selama tahap Formasi adalah untuk menciptakan sebuah tim dengan struktur
yang jelas, tujuan, arah dan peran, sehingga para anggota mulai membangun
kepercayaan. Selama tahap Formasi, banyak energi tim difokuskan pada
pendefinisian tim dan tanggung jawab tim. Anggota tim cenderung optimis dan
tertarik di tahap ini. Sering dikatakan bahwa satu jam perencanaan akan
menghemat tiga jam dalam pelaksanaan. Prinsip yang sama berlaku untuk siklus
tim. Artinya, semakin teliti dan terorganisasi diri Anda dalam tahap formasi dari
pengembangan tim, semakin besar kemungkinan tim akan mengalami transisi yang
berhasil melalui tahapan stabilisasi, aktualisasi, dan pematangan, sebelum
bubar.
b) Tahap
Dua : Stabilisasi
Dalam
tahap ini, tim belajar tentang satu sama lain dan misi-misi atau tugas-tugas
yang mereka telah tetapkan suatu langkah penting dalam membangun tim
perusahaan. Di sini mereka mulai menetapkan peran mereka dalam tim. Pola
interaksi dan komunikasi mulai muncul disebabkan anggota tim yang mengalami
proses bekerja sama.
Tahap
ini sangat penting untuk hasil-hasil tim yang berhasil. Beberapa tim tak pernah
mengalami stabilisasi. Bekerja dalam tim yang seperti itu merupakan pengalaman
yang meresahkan, karena tim tidak pernah mencapai tujuannya. Definisi peran
tidak jelas, tanggung jawab yang tidak pasti, dan anggota tim tidak pernah
cukup sampai ke titik perasaan yang nyaman satu sama lain.
c) Tahap
Tiga : Integrasi
Anggota
tim merasa adanya peningkatan penerimaan dari orang lain di dalam tim,
menyadari bahwa adanya berbagai pendapat dan pengalaman yang membuat tim lebih
kuat dan produknya kebih kaya. Para anggota mulai merasa menjadi bagian dari
tim dan dapat mengambil kepuasan dari peningkatan perpaduan kelompok. Ini
adalah tahap bagi tim untuk fokus pada tujuan, memecah tujuan yang lebih besar
menjadi lebih kecil, langkah-langkah yang dapat dicapai. Tim mungkin perlu
mengembangkan baik keterampilan tugas-terkait dan proses kelompok dan
keterampilan manajemen konflik untuk transisi yang lancar ke tahap berikutnya.
d) Tahap
Empat : Aktualisasi
Selama
tahap Aktualisasi dari pengembangan tim kepemimpinan, anggota tim mengalami dan
meningkatkan rasa nyaman dalam mengekspresikan ide-ide dan perasaan mereka.
Mereka mengembangkan penerimaan akan orang lain di dalam tim. Mereka belajar
untuk menghargai berbagai pengalaman dan pengetahuan dalam rekan tim. Selama
tahap Aktualisasi, anggota tim mulai membuat upaya secara sadar untuk
menyisihkan perbedaan dan mencapai keharmonisan kelompok. Komunikasi dipertegas
dan menjadi lebih efisien. Anggota tim membuat diri mereka kurang serius dan
rasa humor tim muncul. Secara khusus, tim menjadi lebih produktif.
5
e) Tahap
Lima : Pendewasaan
Pada
tahap Pendewasaan dalam pengembangan tim, anggota merasa puas dalam kemajuan
tim. Mereka berbagi wawasan dan menyadari kekuatan dan kelemahan mereka
sendiri. Anggota merasa nyaman dengan pola dan proses tim, dan merasa percaya
diri dalam kemampuan individual mereka dan orang-orang dari rekan satu tim
mereka. Anggota tim menjadi lebih menerima satu sama lain dan menghargai
perbedaan-perbedaan nilai. Pada tahap Pendewasaan, tim membuat kemajuan yang
signifikan terhadap tujuannya. Komitmen dan kompetensi anggota tim tinggi.
Anggota tim terus memperdalam pengetahuan dan keterampilan, termasuk bekerja
untuk terus meningkatkan pengembangan tim kepemimpinan mereka. Keberhasilan
dalam proses tim atau kemajuan diukur dan dirayakan.
4. Cara mengembangkan dan
Menjaga kepercayaan dalam tim
Untuk
membangun kepercayaan dalam tim, kita bisa belajar dari Colin Powell dalam bukunya The
Leadership Secrets of Colin Powell. Menurut Colin Powell kepercayaan merupakan
suatu yang amat penting untuk membangun kepercayaan orang terhadap pemimpin dan
sebaliknya. Bagaimana cara membangun kepercayaan itu?
a. Miliki kompetensi lebih
Tim biasanya
akan percaya kepada pemimpinnya jika pemimpin itu mempunyai kompetensi, yaitu
keterampilan dan pengalaman yang sangat memadai. Oleh karena itu, kita harus
selalu meningkatkan kompetensi kita dengan terus menerus mempelajari
keterampilan dan pengalaman baru dan membangun suasana sehingga tim bisa hidup
secara harmoni.
b. Miliki karakter unggul
Karakter
adalah tingkah laku dan tindak tanduk kita dalam menjalankan visi dan misi
kita. Dalam memimpin tim atau organisasi, kita harus bisa menjadi contoh bagi
anggota tim lainnya sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam tim.
Kita harus
bisa memberikan energi untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan tim
supaya dapat bekerja sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.
c. Miliki keberanian untuk
melakukan terobosan
Dalam memimpin
tim, kita harus mempunyai keberanian membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi
mungkin. Untuk itu dibutuhkan kemampuan fisik, kemampuan berpikir, kemampuan
berinteraksi, kemampuan menyelaraskan segala tindakan kita dengan visi,misi dan
sasaran yang telah kita tetapkan.
6
d. Miliki kepercayaan diri
Sebagai
pemimpin kita harus mempunyai kepercayaan diri. Kepercayaan diri sangat dekat
dengan atribut keberanian, karena kepercayaan diri sama dengan berani
menghadapi tantangan. Lebih dari itu, kita juga harus berani membuat tantangan
untuk kita hadapi dan kita selesaikan. Tantangan yang selalu kita ciptakan ini
merupakan alat untuk meningkatkan keterampilandan pengalaman kita. Kita harus
mempunyai kepercayaan diri bahwa misi yang kitajalankan sangat mungkin untuk
dicapai. Kita harus percaya bahwa kita dapat memecahkanmasalah-masalah yang
sangat rumit sekalipun dan berani memulainya.
e. Miliki loyalitas
Kebanyakan
orang menganggap bahwa yang harus loyal di dalam suatu organisasi adalah
bawahan loyal terhadap pimpinan. Dalam kepemimpinan, loyalitas menunjuk ke tiga
arah, yaitu ke bawah, ke atas, ke samping. Artinya, kita tidak boleh hanya
menuntut loyalitas dari bawahan. Kita juga harus loyal ke bawahan dan teman
sejawat. Di samping itu, kita juga loyal terhadap organisasi. Kata kunci di
sini adalah bawahan bisa percaya kepada atasan dan atasan juga percaya kepada
bawahan.
f. Miliki kerelaan berkorban dan empati
Membangun
kepercayaan sangat memerlukan pengorbanan karena kita harus bisa mendengarkan
dan menjaga keutuhan tim. Tindakan ini membutuhkan pengorbanan,seperti waktu,
tenaga, pikiran dan lain-lain. Kita juga harus bisa menempatkan diri merasakan
seperti kalau kita pada posisi yang diperintah.
5. Pengetian Coaching
Menurut
Whitmore (2008:14) di dalam bukunya yang berjudul Performance Coaching, menyatakan
bahwa Coaching adalah pembinaan yang membuka potensi seseorang untuk
memaksimalkan kinerja mereka sendiri, yang membantu mereka untuk belajar dari
pada mengajar mereka.
Menurut
Stone (2007:11) Coaching adalah proses dimana individu mendapatkan
keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
mengembangkan diri secara profesional dan menjadi lebih efektif dalam pekerjaan
mereka.
Coaching atau
pelatihan adalah sebuah proses membimbing atau bimbingan yang diberikan yang
bertujuan untuk melatih, memberikan orientasi kepada tim dan memperkenalkan
kondisi kerja dan membantu untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mencapai
prestasi kerja yang optimal.
7
6. Proses Coaching
Agar
berlangsung dengan baik, pelaksanaan coaching harus dilakukan melalui
suatu proses. Coaching biasanya diselesaikan melalui proses bertahap
dalam empat langkah berikut ini.
a) Observasi
Observaasi
merupakan langkah melakukan pengamatan, sebelum menentukan untuk
melakukan coaching atau tidak. Sebaiknya coaching tidak
dilakukan sampai kita memahami situasi, orang yang dihadapi, dan mengetahui
keterampilan apa yang sudah dimiliki bawahan sekarang ini.
b) Diskusi
Diskusi
didahului dengan melakukan persiapan tentang tujuan diskusi, menentukan isu
yang dipikir penting untuk dibahas dan konsekuensi yang dapat timbul apabila
tidak membicarakannya. Dalam diskusi dirumuskan cara untuk mengatasi persoalan
secara bersama.
c) Coaching Secara
Aktif
Coaching secara
aktif merupakan tahapan menjalankan coaching oleh manajer kepada
bawahannya, sebagai hasil dari kesepakatan yang dapat diperoleh dalam diskusi.
Coach yang efektif menawarkan gagasan dan nasehat dengan cara yang membuat
bawahan mendengarkan, merespon, dan menghargai.
d) Tindak Lanjut
Tindak
lanjut membantu individu tetap dalam jalur untuk melakukan perbaikan. Apabila
mereka keluar dari jalur, kita mendapat kesempatan mengembalikannya ke dalam
jalur. Tindak lanjut termasuk menanyakan tentang apa yang berjalan baik dan apa
yang tidak dalam pelaksanaan coaching.
7. Metode Coaching dalam Tim
a. Metode praktis (On The Job
Training)
On the job training adalah
suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan,
kebiasaan kerja dan sikap para tim. Dengan kata lain on the job training adalah
pelatihan dengan cara pekerja atau calon pekerja ditempatkan dalam kondisi
pekerjaan yang sebenarnya, dibawah bimbingan dan pengawasan dari pegawai yang
telah bepengalaman atau seorang supervisor.
Tujuan
On the job training :
· Memperoleh pengalaman langsung (bagi karyawan baru) mengenal
jenis pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
8
· Mengamati secara langsung apa yang menjadi tanggung jawabnya,
melihat apa yang harus dikerjakan, mempu menunjukkan apa yang dikerjakan (salah
dan benar) kemudian mampu menjelaskan tentang apa yang dikerjakan.
· Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan jelas,
mengamati, melihat, dan mengerjakan sendiri dibawah bimbingan supervisor.
· Meningkatkan kecepatan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
mengulang-ulang jenis pekerjaan yang sama disertai kepercayaan diri.
· Meningkatkan diri mulai dari tingkat dasar, terampil dan
akhirnya menjadi mahir.
b. Off The Job Training
Off the job training atau
pelatihan di luar kerja adalah pelatihan yang berlangsung pada waktu karyawan
yang dilatih tidak melaksanakan pekerjaan rutin/biasa. Tujuan off the job training
· Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan
· Lebih memfokuskan pada pengalaman belajar
· Mempunyai kesempatan untuk bertukar pengalaman dengan
karyawan lainnya dari luar lingkungan unit kerjanya.
· Mendapatkan ide-ide baru yang dapat dibawa kembali ketempat
kerjanya
· Memperoleh wawasan yang lebih luas
8. Alasan pentingnya seorang
Pemimpin selalu melakukan Coaching dalam tim
Coaching
merupakan sebuah tool bagi seorang manajer khususnya dalam membangun tim yang
solid. Keberhasilan seorang manajer adalah kemampuan dia untuk membangun tim
pendukung yang handal, dan untuk melakukannya diperlukan cara-cara pengembangan
diri, motivasi-motivasi dan pemberdayaan individu.
Coaching
menjadi salah satu alat bantu paling efektif, dan semakin sering seorang
manajer melakukannya akan semakin cepat progres pengembangan tim. Dikutip
dari hbr.org tulisan Joseph R. Weintraub seorang professor manajemen dari
Babson College, dan sekaligus pendiri Babson Coaching for Leadership and Teamwork
Program.
a. Coaching untuk membantu
Individu Berkembang
Seorang
pemimpin lebih senang dengan anak buah yang siap bekerja dan siap mengembangkan
diri, dibandingkan seseorang yang lebih suka show off layaknya artis. Seorang
pemimpin yang baik akan melihat bahwa keinginan belajar dan tumbuh serta
beradaptasi bagi seorang karyawan merupakan bagian esensial dalam pekerjaan
mereka. Membantu orang lain lebih sukses dengan pekerjaan mereka adalah
aturan kunci seorang manajer.
9
b. Pemimpin
butuh tim yang Mandiri
Betapa repotnya seorang pemimpin saat pekerjaan timnya dikit-dikit harus
diawasi. Saat akan ditinggal, sang pemimpin merasa was was pekerjaan akan kacau
atau tidak selesai. Coaching membantu terbentuknya sekumpulan orang hebat,
orang cerdas, dan bisa Mandiri di dalam tim sehingga mampu menyelesaikan setiap
lini pekerjaan masing-masing dengan baik. Hal ini dikarenakan, Coaching
memfasilitasi tim untuk menjadi lebih berdaya.
c. Coaching untuk membangun
koneksi dan membuat hubungan semakin harmonis
Seorang pemimpin yang baik
senang dengan orang-orang, dan akan selalu mengembangkan hubungan baik dengan
orang lain, orang baru maupun rekan kerja lama. Anda perlu senang melakukan
coaching karena orang percaya dengan Anda, dengan membangun empati kepada tim,
maka Anda akan dapat menyesuaikan kebutuhan mereka dan menerapkan gaya yang
tepat. Beberapa orang dari anggota tim Anda akan datang melakukan coaching
dengan pernyataan tegas, namun beberapa akan datang dengan membawa kesimpulan
dan cara mereka sendiri. Disinilah Anda perlu membangun hubungan saling
percaya sehingga pendekatan yang dilakukan akan tepat.
d. Dalam proses Coaching, Pemimpin dan
Tim sama-sama belajar arti penting dari Proses Proses Coaching mengajarkan
bahwa tak ada jalan pintas menuju sukses. Bersama Coaching, baik pemimpin
maupun tim sama-sama merasakan bagaimana sebuah Proses bekerja. Terkadang
sebuah cara berhasil, terkadang gagal. Dari situ, setiap orang lebih menghargai
pembelajaran dan tak lagi mudah menghakimi saat terjadi kesalahan. Pada akhirnya,
seorang pemimpin adalah Coach terbaik bagi timnya. Karena seorang pemimpin-lah
yang sehari-hari bersama, berjuang untuk menyelesaikan banyak hal. Dengan
seorang pemimpin berperan sebagai Coach, tim akan merasakan betul bagaimana
dukungan pemimpin tersebut terhadap mereka, dan memperkuat tim tersebut untuk
lebih siap menyongsong tantangan lebih besar di masa depan.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pelatihan dan pengembangan
adalah dua hal yang berbeda. Pelatihan (training) adalah serangkaian aktivitas
yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun
perubahan sikap seseorang. Sedangkan pengembangan (development) mempunyai ruang
lingkup lebih luas
On the job
training adalah metode pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja yang
sebenarnya dilakukan sambil bekerja. Sedangkan metode Off the job
trainingadalah metode pelatihan dengan menggunakan situasi di luar pekerjaan.
Umumnya digunakan apabila target yang perlu dicapai banyak.
Saran
Dari pembahasan diatas
terdapat kekurangan materi yang disampaikan dikarenakan kurangnya pemahaman
serta literatur yang kurang sehingga bab ini tidak lengkap. Informasi yang
terdapat pada makalah ini sendiri jangan digunakan sebagai pedoman semata.
Sehingga untuk lebih memahami tentang kelompok dan tim dianjurkan melihat
referensi yang lain dan yang lebih lengkap.
11
1 komentar:
Click here for komentarWinning303 Agen Sportbook Terbaik
Sering mengalami kekalahan dengan agen-agen sportbook lainnya? jika ya mari gabung saja ke Winning303 dijamin akan mendapatkan kemenangan dan bisa kami pandu untuk mencapai kemenangan yang Anda idam-idamkan.
Jadi tunggu apa lagi Hubungi kami di :
WA : +6281717177303
atau langsung di Livechat kami di www(titik)winning303(titik)org
>>>DAFTAR<<<
Winning303
ConversionConversion EmoticonEmoticon